Kesenian Kota Pagar Alam
Nemu di sebuah buku yang dimiliki seorang teman yang kebetulan punya program di TV yang berhubungan sama travelling. Buku ini katanya diberikan oleh pemerintah Kota Pagar Alam sebagai kenang-kenangan. Just share karena menurut eyke
kesenian yang dimilikinya cukup menarik.

GENGGONG

Salah satu alat musik tradisional yang
dimiliki oleh masyarakat Besemah Kota Pagaralam adalah Genggong, sejenis
alat musik tiup yang menghasilkan suara mirip harmonika, umumnya alat
musik ini terbuat dari bilah bambu, kayu, pelepah enau atau logam.
Untuk memainkannya, genggong dipegang
ditangan kiri dan bagian sisinya ditempelkan ke bibir. Selanjutnya,
unutk untuk membunyikan genggong, mainkan lidah getar yang ada pada
genggong dengan tangan kanan. Untuk mengubah nada dalam melodi genggong
dilakukan dengan mengolah posisi rongga mulut yang juga berfungsi
sebagai resonator.

Dahulu alat musik genggong dimainkan
oleh para petani yang sedang menunggu padi di sawah atau di tengah
kebun. Masyarakat Besemah memainkan genggong untuk mengusir sepi dan
jenuh.
TARI KEBAGH

Berdasarkan cerita lisan dari
orang-orang tua, sejarah tarian ini berkaitan dengan Puyang Serunting
Sakti. Dikisahkan, pada suaru acara perkawinan yang sangat meriah dan
turut dihardiri oleh Serunting Sakti dan istrinya diadakanlah ocara
tari-tarian.
Istri Puyang Serunting Sakti yang konon
adalah seorang bidadari, diminta ikut turun menari. Permintaan ini
disetujui istrinya dengan syarat selendang miliknya yang dirampas dan
disembunyikan oleh Puyang Serunting Sakti dikembalikan padanya untuk
dipakai menari


Karena terus didesak banyak orang,
akhirnya dengan berat hati, Puyang Serunting Sakti mengizinkan istrinya
menari dengan selendang yang diambilnya pada masa lalu. Selendang
tersebut disembunyikan di dalam ruas bambu yang lazim disebut tepang.
Maka menarilah istyri Puyang Serunting
Saksti dengna lemah gemulai. Kecantikan dan kemahirannya menari membuat
semua mata terpana. Hingga tanpa disadari oleh semua orang, istri Puyang
Serunting Sakti tak lagi menginjak bumi, melayang-layang, semakin
tinggi hingga menuju ke kayangan, negeri asalnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar